Senin, 06 September 2010

bab 1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya dunia perindustrian sekarang ini, maka semakin diperlukannya sarana dan prasarana yang mendukung guna menghasilkan produk yang memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional maupun secara internasional.
Praktek kerja nyata merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yang telah diperoleh mahasiswa dan untuk melatih mahasiswa dalam menganalisa masalah di lingkungan kerja.
Dalam melaksanakan praktek kerja nyata ini mahasiswa diharapkan dapat lebih mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang belum pernah diperoleh di bangku kuliah, serta dapat menunjang tingkat kemampuan mahasiswa dalam lingkungan kerja yang sesungguhnya.

1.2. Tujuan Praktek Kerja Nyata
Praktek Kerja Nyata (PKN) yang dilaksanakan di PT PJB Unit Pembangkit Gresik pada dasarnya sebagai sarana penerapan ilmu yang didapat secara teoritis di perkuliahan ke dalam permasalahan nyata di bidang industri.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan PKN ini adalah sebagai berikut:

a. Mampu berinteraksi langsung dengan lingkungan kerja
b. Menambah wawasan mahasiswa terhadap perkembangan industri baik jasa maupun manufaktur.
c. Mengetahui langsung situasi kerja dan lingkungan industri.
d. Melatih mahasiswa untuk mampu melihat masalah dan melaporkan secara tertulis.
e. Mempererat hubungan antara perguruan tinggi dengan perusahaan tempat dilaksanakannya PKN.

1.3. Metode Penyusunan Laporan PKN
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penyusunan laporan ini, metode yang digunakan adalah:
A. Metode Field Research
Suatu pengumpulan data dengan melihat di lapangan. Adapun cara yang digunakan antara lain:
1. Teknik observasi
Suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan dibahas.
2. Teknik wawancara
Suatu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab dengan staff karyawan perusahaan mengenai masalah yang dianalisa.


1.4. Ruang Lingkup Praktek Kerja Nyata
Dalam penyusunan laporan ini terdapat batasan-batasan yang dibuat dengan maksud agar nantinya laporan ini dapat tersusun secara sistematis sehingga mudah dimengerti.
Ruang lingkup laporan ini mengenai:
1. Analisa Kajian Ergonomi dengan metode SWAT (Operator)
2. Analisa Pengendalian Material dengan metode ABC dan EOQ
3. SOP : K3


1.5. Sejarah dan Perkembangan PT PJB Unit Pembangkit Gresik
1.5.1. Sejarah Perusahaan
PT PJB Unit Pembangkit gresik berdiri pada tahun 1978 yang dikelola oleh PLN WIL XII .
Unit Pembangkitan Gresik terbentuk berdasarkan surat keputusan Direksi PT PLN (persero No.030.K/023/DIR/1980 tanggal 15 mei 1980 merupakan unit kerja yang dikelola oleh PT PLN (Persero) pembangkitan
dan penyaluran JAWA bagian timur dan BALI ( PLN KITLUR JBT) yang dikenal dengan sektor gresik.


Berdasarkan surat keputusan direktur utama PT PLN (Persero) No.006.K/023DIR/1992 tanggal 4 februari 1992 telah terbentuk lagi sektor gresik baru dengan kapasitas 1578 MW. Berdasarkan surat keputusan direktur utama PT PLN PJB II No.023.K/DIR/1996 tanggal 14 juni 1996 tentang penggabungan unit pelaksana pembangkit sektor gresik dan sektor gresik baru menjadi PT PLN PJB II Sektor Gresik.
Pada tanggal 30 Mei 1997 Direktur Utama PT PLN PJB II mengeluarkkan Surat Keputusan No.021/023/DIR/1997 tentang perubahan sebutan sektor menjadi Unit Pembangkitan Tanggal 24 Juni1997, direktur utama PT PLN PJB II mengeluarkan surat keputusan No.024A.K/023/DIR 1997 tentang pemisahan fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi pada PT PLN PJB II Unit II Unit Pembangkitan Gresik
1.1.1. Masa Perkembangan
• PT PJB salah satu anak perusahaan PT PLN. Sedangkan PT PJB UP Gresik adalah salah satu unit pembangkitnya PT PJB.
Pada masa perkembangannya Unit Pembangkit Gresik telah melalui 3 tahap pembangunan, yaitu:
1. Tahun 1978 dibangun PLTG 1,2,3,4,5.
2. Tahun 1981 dibangun PLTU #1-2
3. Tahun 1984 dibangun PLTU 3-4.
4. Tahun 1992 dibangun PLTGU Blok I, II & III
1.2. Prinsip Kerja
Pada dasarnya PT PJB Unit Pembangkit Gresik memiliki prinsip kerja sebagai berikut :
1.6.1. Visi dan Misi
a.Visi
“ TO BE AN INDONESIAN LEADING POWER GENERATION COMPANY WITH WORLD CLASS STANDARDS “
Menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik di Indonesia yang terkemuka dengan standar kelas dunia .
b. Misi
(1) Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing;
(2) Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best – practice dan ramah lingkungan;
(3) Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis.

1.7. Tujuan PT PJB Unit Pembangkit Gresik.
Tujuan UP Gresik adalah menyelenggarakan Usaha ketenaga listrikan dengan mengoperasikan dan memelihara unit-unit pembangkit secara handal dan efisien sebagaimana motto “Your Reliable Power Plant”.
Untuk mencapai tujuan tersebut UP Gresik membangun budaya organisasi mencakup perilaku praktis, strategis dan budaya kerja serta tata nilai yang telah ditetapkan dan dikembangkan oleh PT PJB Kantor Pusat, yaitu : Integritas, Keunggulan, Kerja sama, Pelayanan dan Sadar lingkungan.

1.8. Topografi Perusahaan
Lokasi PT PJB Unit Pembangkitan Gresik berada di Jl. Harun Tohir No.1, Desa Sidorukun,Gresik, tepat 20 Km Arah Barat Laut Kota Surabaya dengan luas area 78 Ha. PT PJB UP gresik dibangun dekat dengan dermaga umum atau duks, karena bahan baku untuk proses produksi dikirim melalui jalur laut,selain itu untuk proses operasi juga membutuhkan air laut untuk proses pendinginan.

1.9. Keadaan Karyawan Perusahaan
Karyawan adalah salah satu factor produksi yang keberadaannya mutlak diperlukan oleh perusahaan, dari segi kualitas dan kuantitasnya. Karyawan merupakan modal dan peran aktif dalam kelancaran produksi dan kelangsungan perusahaan.


1.9.1. Jumlah Karyawan Menurut Per Bidang
Tabel 1.1
Daftar Karyawan Menurut Per Bidang

NO BIDANG JUMLAH PERSENTASE
1 ENJINIRING 25 6.01%
2 FUNGSIONAL 13 3.13%
3 KEPATUHAN 8 1.92%
4 KEUANGAN 9 2.16%
5 KLK3 24 5.77%
6 MANAJER 1 0.24%
7 OJT 11 2.64%
8 OPERASI 173 41.59%
9 PEMELIHARAAN 113 27.16%
10 SDM 10 2.40%
11 UMUM 29 6.97%

GRAND TOTAL 416 100%









Daftar karyawan menuru t per bidang yang mempunyai jumlah terbanyak dan presentase terbesar adalah bidang operasi.Karena Mesin-mesin tersebut perlu dijaga 24 jam non-stop karena juga tidak pernah berhenti bekerja. Jadi Karyawan di bidang operasi sangat membutuhkan banyak karyawan
1.9.2. Jumlah Karyawan Menurut Usia
Tabel 1.2
Daftar Karyawam Menurut Usia (Maret 2010)
RANGE USIA JUMLAH PERSENTASE
<=25 25 6.13% 26-30 31 7.60% 31-35 26 6.37% 36-40 165 40.44% 41-45 56 13.73% 46-50 69 16.91% >=51 36 8.82%
GRAND TOTAL 408 100.00%
Sumber : PT PJB Unit Pembangkit Gresik

Daftar Karyawan menurut usia yang memiliki jumlah dan persentase terbanyak adalah renge dengan usia 36-40.Dimana pada usia ini manusia masih produktif.Pada usia ini juga manusia bisa berfikir dewasa dan kreatif.


BIDANG PENDIDIKAN GRAND TOTAL
D1 D2 D3 S1 S2 SLTP SMA SMEA STM
ENJINIRING 9 2 16 27
FUNGSIONAL 1 5 8 14
KEPATUHAN 2 1 4 7
KEUANGAN 6 1 2 9
KLK3 6 2 3 10 21
MANAJER 2 3 6 11
OJT 1 1
OPERASI 1 50 2 116 169
PEMELIHARAAN 3 35 1 71 110
SDM 4 1 2 2 9
UMUM 8 1 2 7 2 10 30
GRAND TOTAL 3 7 131 5 6 15 4 237 408




Sedangkan daftar karyawan menurut klasifikasi per bidang yang terbesar merupakan lulusan STM, karena operator yang dibutuhkan cukup banyak. Terutama dalam bidang operasi yang membutuhkan keterampilan atau keahlian dari lulusan STM.
Dimana STM di dominanisasi oleh pria yang mengerti tentang mesin dan listrik.
1.9.4 Spesifikasi Pekerjaan
GENERAL MANAGER
• Mengelola pembangkit tenaga listrik dengan mengoptimalkan seluruh potensi Sumber Daya Manusia yang ada
• Menyusun dan menjabarkan parusahaan ke dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan senagai pedoman pelaksanaan tugas
• Memastikan bahwa harga jual tenaga listrik yang dibangkitkan tetap konstan tapi memiliki daya saing yang tinggi
• Memastikan pelaksanaan semua bidang yang di implementasikan pada program sistem informasi terpadu Ellipse PJB dapat berjalan optimal serta tetap terjaga ke integrasiannya
MANAGER OPERASI
• Mengeolola kegiatan operasional pembangkitan tenaga listrik dan unit dengan sasaran mutu, keandalan dan efisiensi yang optimal
• Merencanakan, menganalisa dan menevaluasi penyiapan kesiapan operasi pembangkit
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut
MANAGER PEMELIHARAAN
• Memastiakan bahwa sasaran bidang pemeliharaan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik
• Membuat kontrak-kontrak kesepakatan antara UP dengan UPHAR atau
• institusi penyelenggara jasa lainnya agar jelas dan menguntungkan kedua belah pihak
• Memastiakan bahwa sasaran bidang pemeliharaan yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut
MANAGER ENGINEERING
• Memgevaluasi penyelenggara O&M (Operasi dan Maintenace) pusat pembangkitan tenaga listrik serta instalasi pendukung
• Merencanakan resources (Expert O&M, referensi, waktu dan tempat) untuk kegiatan failure defence yang meliputi :
a. Audit (Assesment) dan prioritas pemeliharaan peralatan UP (SERP)
b. Failure Mode dan Effect Analysis (FMEA)
c. Root Cause Failure Analysia (RCFA)
d. Failure Defence Task (FDT)
e. Task excecution
• Sebagai moderator dan memfasilitasi kegiatan failure defence peralatan UP
• Merekomendasikan kegiatan Task Execution (Continous Improvement) beserta KPI nya berupa :
a. Perbaikan SOP atau IK bidang O&M
b. Penambahan SOP atau IK bidang O&M
c. Perunahan desain dari peralatan dan proses produksi
d. Penambahan / pengurangan Task Preventive Mnagement
e. Penambahan Task Predictive Maintenance
f. Perbaikan kompetensi personil O&M
g. Perbaikan kualitas dan kuantitas ketersediaan material O&M
h. Overhaul Cycle Extension Peralatan pembangkit
i. Life Extention peralatan pembangkit termasuk analisis Cost Benefit
• Merencanakan dan menyusun program Condition Base Monitoring peralatan utama, mengevaluasi dan membuat Work Package program pemeliharaan serta memberikan rekomendasi
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut
BIDANG KLK3 (KIMIA, LINGKUNGAN DAN K3)
• Merencanakan, mengendalikan, menganalisa dan mengevaluasi setiap aspek kimia yang secara langsung dan tidak langsung mempunyai dampak terhadap kinerja Unit Pembangkit, agar kendala dapat terjaga.
• Mengelola kegiatan K3 dan kegiatan produksi untuk mencapai angka kecelakaan kerja nihil (Zero Accident) melalui penerapan K3
• Merencanakan, mengendalikan program konservasi UP untuk mencegah terjadinya kerusakan metal pada UP karena korosi agar keandalan unit tetap terjaga
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut

MANAGER SDM & ADMINISTRASI
• Menyiapkan kebijakan program pelatihan dan pengembangan bagi seluruh SDM UP berdasarkan konsep estimasi biaya dan jumlah tenagan kerja
• Menyiapkan dan mengkoordinir perencanaan dan pengelolaan organisasi dan tata laksana sistem manajemen agar sesuai dengan fungsinya dalam perusahaan
• Merencanakan atau mengkooordinasi dan mengevaluasi anggaran biaya administrasi
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut

MANAGER KEUANGAN
• Melaksanakan penyusunan anggaran tahunan untuk dijadikan bahan acuan penggunaan keuangan Unit Pembangkit
• Mengelola Adminidstrasi UP sehingga berjalan sesuai dan memenuhi ketentuan serta prinsip-prinsip mengenai keuangan
• Menganalisa dan membuat laporan realisasi keuangan sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengadakan kebijakan penggunaan keuangan selanjutnya
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut


MANAGER LOGISTIK
• Merencanakan, memonitoring dan mengendalikan rencana stok / material cadang, kebutuhan pebgadaan material yang paling ekonomis dengan menerapkan sistem IC dan manajemen material secara baik
• Menyelenggarakan kegiatan pengadaan barang dan jasa berdasarkan permintaan bidang terkait untuk mendukung pemeliharaan rutin serta kebutuhan material non instalasi lainnya.
• Menyelenggarakan kegiatan proses administrasi gudang serta material handling nya untuk semua material milik UP
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut
MANAGER KEPATUHAN
• Melakukan uji kepatuhan atas setiap perancangan kebijakan dalam RJPP (Rencana Jangka Panjang Perusahaan) , RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) serta tata kelola unit sebagaimana tersirat dalam uraian tugas PKK Unit Program Kerja Stratei, sasaran, prosedur, kaidah hukum, peraturan dan bisnis proses
• Melakukan pemeriksaan dan pemantauan (Coct Rebiew) secara berkala ataspelaksanaan hasil uji kepatuhan terhadap eprintah dan larangan antara lain sebagaimana tertulis dalam SOP
• Membuat laporan secara berkala sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan lebih lanjut


1.10 Jam Kerja
PT PJB Unit Pembangkit Gresik menjalankan jam kerjanya dengan aturan sebagai berikut :
Tenaga kerja (Operator) shift :
 Shift pagi : 08.00-15.30 WIB
 Shift Sore : 15.00-22.00 WIB
 Shift Malam : 22.00-08.00 WIB
 Istirahat : 30 menit untuk setiap shift
Karena masih bekerja 24 jam maka karyawan bekerja menurut shift yang sudah di tentukan dan setiap karyawan wajib hadir 15 menit sebelum jam kerjanya agar mesin tersebut tidak perlu di matikan dan menyerahkan serah

Senin, 30 Agustus 2010

SOP K3 ..^o^


BAB  VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

6.1   Job Description K3 PT PJB UP Gresik
·        Pemeriksaan tempat kerja dan cara kerja
·        Tes diesel fire pump PLTU
·        Tes diesel fire pump PLTU
·        Mengawasi Service Lift
·        Pengecekan kebocoran gas
·        Pengecekan APAR
·        Pengecekan APAT
·        Pengecekan Hose-box
·        Pemantauaan kondisi line / Air hydrant
·        Test Fire Protection Building
·        Pengecekan peralatan tanggap darurat
·        Pengukuran kebisingan lingkungan kerja
·        Pemeriksaan Crane
·        Pengukuran Intensitas cahaya
·        Pemantauan Kesehatan Karyawan
·        Pengecekan Eye Wash
·        Pengisian Kotak PPGD



6.2   Instruksi Kerja
P2K3 (Panitia Pelaksana Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dipimpin langsung oleh manajer PT PJB Unit Pembangkit Gresik  untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja (Zero Accident).
Beberapa petunjuk praktis ulang perlu diperhatikan untuk keselamatan kerja sebagai berikut:
1.         Untuk petugas yang melakukan perbaikan / perawatan baik yang sedang beroperasi maupun tidak.
2.         Hindarilah kecelakaan yang disebabkan oleh situasi dengan cara memenuhi larangan-larangan / tanda perhatian / bahaya, serta gunakan jalan masuk, tangga.lorong-lorong yang diperbolehkan dan jangan bercanda.
3.         Kenali dan perbaiki kondisi-kondisi yang berbahaya dengan menghilangkan rintangan-rintangan dan lorong – lorong / gang,tangga dan jalan serta menghilangkan cairan yang mnyebabkan lantai licin / cairan yang berbahaya. Suatu tindakan yang tepat dengan melaporkan area-area yang tidak aman,mesin yang berjalan tanpa alat pengaman, alat-alat keamanan kerja yang rusak/tidak terpasang.

4.      Gunakan peralatan dan perlengkapan yang tepat dan benar, peralatan listrik yang aman, penampang yang di ijinkan dan memakai perkakas yang di ijinkan dan memakai perkakas yang tepat untuk bekerja dengan tangan/mesin
5.      Gunakan peralatan dengan prosedur yang tepat mengenai tata cara pemindahan, pengamanan bahan-bahan yang berbahaya,aturan-aturan dan keselamatan kerja dengan system permint to work
6.      Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan tangan / mesin seperti topi pengaman, sarung tangan, pelindung telinga, kacamata pengaman dan pengaman lainnya yang memenuhi syarat.
7.      Meningkatkan semua aspek keselamatan kerja dengan menjaga kebersihan, kesiapan alat-alat keamanan,melakukan diklat, serta meningkatkan kesadaran dan keahlian.






6.3   Pedoman petunjuk K3
Adapun PT PJB UP Gresik telah menganbil langkah-langkah kongkrit dalam bidang keselamatan kerja seperti yang masuk dalam buku pedoman dan petunjuk K3 No.14 (P&PKK) perihal pencegahan kecelakaan yang berisi:
ü    Undang-Undang No.01  Tahun 1970  Tentang K3
ü    Surat Direksi PLN No.1.054/DIR/76  (Nomor Gabungan)



ü    Surat Direksi PLN No.1.183/DIR/77  (Nomor Gabungan)
ü    Surat Direksi PLN No.1.253/DIR/77  (Nomor Gabungan)

6.4   Alat Pelindung Diri (APD)
Khusus risk pekerjaan listrik yang bertegangan yaitu sebagai berikut:
« Safety Helmet  adalah alat yang digunakan untuk melindungi kepala saat melakukan pekerjaan




Gambar 6.1
Safety Helmet


«  Eye Google adalah alat yang digunakan untuk  melindungi mata , misalnya saal melakukan pekerjaan menggerinda




Gambar 6.2
Safety Eye Google


«  Shoes untuk 20 KV adalah alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya listrik sebesar 20 KV = 20.000 KV





Gambar 6.3
Safety Shoes For 20 KV


«  Stick Voltage  Detector  adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi gangguan



Gambar 6.4
Stick Voltage Detector


«  Masker  adalah alat yang digunakan untuk melindungi pernafasan saat membersihkan panel listrik




Gambar 6.5
Masker


«  Belt  adalah alat yang digunakan untuk melindungi pekerja pada saat melakukan pekerjaan di ketinggian




Gambar 6.6
Safety Belt



«  Ear Plug adalah alat yang digunakan untuk melindungi telinga saat berada di ruangan yang  bising hingga 97 db (desibel)




Gambar 6.7
                     Ear Plug

6.5   Fasilitas Penanggulangan Kebakaran
         Hal yang sangat riskan terjadi di  PT PJB Unit Pembangkit Gresik ini adalah kebakaran.Karena perusahaan ini  merupakan pabrik perusahaan yang menghasilkan listrik dengan daya output yang sangat besar.
Fasilitas yang tersedia di Unit Pembangkit Gresik untuk menanggulangi resiko bila terjadi kebakaran terdiri dari :
6.5.1          APAT  (Alat Pemadam Api Tradisional)
Fungsi           : Untuk memadamkan pada awal api menyala
Kelebihan      : Mudah didapat, murah dan praktis
Terdiri dari    : Pasir, karung goni dan air
6.5.2          APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Kelebihan      : - Dapat dioperasikan 1 orang
                       - Untuk pemadaman mula kebakaran
                                                  - Sebatas volume api kecil
Pemasangan: - Tinggi pemasangan tanda APAR 125 cm dari dasar                         lantai dimana APAR ditempatkan
              - Jarak tidak boleh lebih dari 15 m
                        - Warna merah
                                                   - APAR digantung di dinding dengan tinggi 125 cm dari   lantai
                       - Tidak boleh ditempatkan di temperature diatas 49°C









Gambar 6.8
Kegagalan APAR


6.5.2.1   HOSEBOX
                  Hosebox merupakan alat pemadam api ringan yang berfungsi untuk pemadaman api pada saat awal menyala.Kelemahan dari hosebox ini adalah apabila tempat terjadinya kebakaran jauh, maka selang yang ada tidak cukup panjang.Maka dari itu hosebox harus berada dimana-mana.terutama tempat yang riskan terjadinya kebakaran.
 




Gambar  6.9
Hosebox


6.5.2.2      HYDRANT
Hydrant mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap bahaya kebakaran.Hydrant merupakan penyedia sumber air apabila terjadi kebakaran.Fungsi dari Hydrant ini adalah Fungsi utama hydrant adalah sebagai salah satu sumber air apabila terjadi kebakaran, dan di negara-negara maju ada standar pewarnaan dan tanda-tanda khusus untuk setiap sistem hydrant


Gambar  6.10
Hydrant





                                                                                                                 

                      

Minggu, 08 Agustus 2010

analisa SWAT


BAB IV
ANALISA SWAT

4.1.      Latar Belakang
  Beban kerja adalah faktor yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan, dengan melalui suatu pengukuran beban kerja dari pekerja yang bekerja di perusahaan tersebut dapat diketahui. Karena bagaimanapun manusia adalah faktor terpenting yang ada dalam suatu perusahaan. Sehingga peningkatan mutu hasil tergantung dari manusia yang ada di dalamnya pula.
PT PJB Unit Pembangkit Gresik merupakan Unit Kerja yang dikelola oleh PT PLN (Persero).Kegiatan inti UP Gresik adalah memproduksi tenaga listrik.Dengan total daya terpasanag 2.255 MW, UP Gresik mampu memproduksi energi listrik rata-rata 10.859 GWh pertahun yang disalurkan melalui  Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 150 KV dan 500KV.
     Berdasarkan hasil pengamatan di PT PJB UP Gresik bagian operator khususnya kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator. Dimana operator bagian boiler local dituntut untuk memiliki ketelitian yang tinggi dalam memeriksa mesin-mesin yang ada pada sub bagian boiler local. Karena apabila salah dalam memeriksa, akan menjadi fatal akibatnya. Adapun jenis keterangan yang digunakan dalam patrol check  bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator adalah:
V : Normal
L : Leakage
N    : Noise
M    : Maintenance
SB   : Stand By
TSB : Tidak Stand By
ESB : Emerg. Stand By
T      : Abnormal Temp.
 Pekerjaan yang dilakukan oleh operator bagian bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator adalah mengecek Daerator Storage Tank, Daerator, Cooling Water Stand Pipe. Meskipun sebenarnya pada unit daerator ini  telah dipastikan dalam keadaan normal, namun dalam hal ini terkadang mesin memiliki kesalahan, sehingga di sini tenaga manusia sangat dibutuhkan. Sehingga untuk memastikan biler local dalam keadaan normal maka operator bagian boiler local juga harus bekerja teliti agar tidak terjadi kesalahan yang fatal.

4.2.      Rumusan Masalah
           Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dibuat rumusan masalah yang dihadapi PT PJB UP Gresik khususnya bagian Patrol Check yaitu Bagaimana mengukur beban kerja pada operator  PT PJB UP Gresik khususnya kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator.


4.3.      Landasan Teori
      Beban kerja (workload) merupakan issue yang semakin popular diperbincangkan oleh para human factor dewasa ini baik forum ilmiah resmi ataupun non-resmi.Beberapa model alat uji beban kerja, baik perangkat lunak maupun perangkat keras yang dikembangkan oleh para ahli, baik uji beban kerja yang bersifat subyektif maupun yang bersifat obyektif.
      Salah satunya adalah Subjective Workload Assesment Technique (SWAT).Pengukuran beban kerja ini dikembangkan oleh Harry G. Armstrong Aerospace Medical Researh Laboratory Wright-Patterson Air Forced Base, Ohio, USA.SWAT dikembangkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara mengukur beban kerja dalam lingkungan yang sebenarnya (real work environment).Penggunaan SWAT model mengharuskan kita melakukan 2 tahapan pekerjaan, yaitu Scale Development dan Event Scoring.
Daerator adalah alat yang berfungsi untuk:
-  Memisahkan gas (O2 dan CO2) yang terlarut dalam air kondensat.
-  Memanaskan air kondensat.
-  Memberi head positif pada sisi hisap BFP.




4.3.1                    Ergonomi
Kata Ergonomi berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari kata Ergo yang artinya kerja dan Nomos yang artinya hukum. Sehingga jika digabung ergonomi mempunyai arti kemampuan manusia dalam likungan kerjanya yang dibatasi oleh kondisi keterbatasan alami yang tidak bisa dilanggar oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian maka jelaslah bahwa sasaran ergonomi yaitu agar tenaga kerja dapat mencapai prestasi kerja yang terbaik guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja yang bersumber pada kepentingan manusia sebagai pengguna dan dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
4.3.1.      Pengukuran beban kerja
Beban kerja (workload) merupakan issue yang semakin popular diperbincangkan oleh para ahli human factor dewasa ini. Secara garis besar beban kerja dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu Subjective workload dan objective workload.
4.3.1.1.     Pengukuran Metode Objective workload
Pengukuran beban kerja dengan metode objektif adalah suatu pengukuran beban kerja dimana sumber data yang diolah adalah data-data kuantitatif seperti :



a.          Denyut jantung
Biasanya digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang sebagai manifestasi gerakan otot. Hal ini bergantung dari tingkat kebugaran orang yang diukur.
b.         Cairan dalam tubuh
Digunakan untuk mengetahui kadar asam laktat dan beberapa indikasi lainnya yang bisa menunjukkan kondisi dari beban kerja seseorang yang melakukan suatu aktivitas.
c.          Durasi kedipan mata
Kegiatan ini dapat menunjukkan tingkat beban kerja seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan ( tidak terbebani mental maupun psikisnya ) durasi kedipan matanya relatif cepat.
d.    Pola gerakan bola mata
Gerakan bola mata yang berirama akan menimbulkan beban kerja yang optimal dibandingkan dengan gerakan bola mata yang tidak beraturan.
4.3.1.2.    Pengukuran metode Subjective Workload
Pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode subjektif adalah pengukuran beban kerja dimana data yang diolah adalah data yang bersifat kualitatif seperti NASA-TLX, Harper Qoorper Rating, Task Difficulty Scale, Subjective Workload Assesment Technique ( SWAT ).
Dalam penggunaan metode SWAT, performansi kerja manusia terdiri dari tiga dimensi ukuran beban kerja yaitu :
·        Time load ( T )
Time load ini adalah masalah yang tergantung pada jumlah waktu senggang yang tersedia dan frekuensi overlapping kegiatan. Besar kecilnya time load berhubungan dengan masalah tingkat kecepatan menyelesaikan pekerjaan dan batasan waktu yang tersedia dalam penyelesaian pekerjaan tersebut.
·        Mental Effort ( E )
Mental effort merupakan indikator kebutuhan akan perhatian (usaha dan upaya) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas. Besar kecilnya mental effort load ini tergantung pada kompleksitas dari suatu pekerjaan atau jumlah informasi yang harus diproses oleh operator untuk mencapai performa yang baik.
·        Psychological Stress Load ( S )
Psychological Stress Load mengacu pada kondisi yang menyebabkan kebimbangan, frustasi, dan kekhawatiran. Besar kecilnya masalah ini tergantung dari faktor yang mempengaruhi performa kerja yang bisa berasal dari individu itu sendiri seperti motivasi, kelelahan, rasa takut, tingkat keahlian, atau dari lingkungannya.
Dari masing-masing dimensi di atas terdiri dari 3 ( tiga ) kategori rating, yaitu :
·        Rendah      (1 )
·        Menengah ( 2 )
·        Tinggi       ( 3 )
Penggunaan model SWAT mengharuskan kita melakukan dua tahapan pekerjaan yaitu
·              Tahap Scale Development
Di dalam Scale Development, subjek diminta untuk melakukan pengurutan kartu sebanyak 27 ( dua puluh tujuh ) kartu kombinasi dari ketiga variable deskripsi ( T, E, S ) mulai dari yang dianggap paling rendah sampai yang tertinggi. Scale Development digunakan untuk melatih subjek dalam penggunaan descriptor dan memperoleh data dengan memperhatikan bagaimana cara mengkombinasikan dimensi-dimensi untuk menciptakan impresi dari masing-masing individu tentang beban kerja.
·              Tahap Event Scoring
            Subjek ditanyakan komentar SWAT Rating skala pekerjaan (skala 1 sampai dengan 3) untuk masing-masing variable T, E, S dari masing-masing elemen pekerjaan atau dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Kemudian kartu SWAT rating tersebut dicocokkan dengan hasil dari pengurutan kartu SWAT di dalam program komputer untuk mengetahui workload score dari masing-masing kombinasinya.
4.4.      Analisa Kasus Dengan Metode SWAT.
Untuk dapat mengetahui apakah operator Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator merasa terbebani atau tidak dengan pekerjaannya maka dilakukan  analisa  dengan menggunakan metode SWAT. Tahap yang dilakukan :
4.4.1   Scale Developmment
Karyawan diminta untuk mengurutkan 27 (dua puluh tujuh) kartu SWAT dari urutan paling rendah sampai tertinggi.
Hasil pengurutan kartu sebagai berikut :

Tabel 4.1
Hasil pengurutan kartu SWAT 1
      Operator : Gunawan
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
H
L
A
T
P
B
Q
G
E
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
I
O
ZZ
Z
W
R
D
Y
V
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
U
K
C
X
S
N
M
J
F

Tabel 4.2
Hasil Pengurutan Kartu SWAT 2
       Operator : Sumarno
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
N
F
X
J
S
M
C
B
W
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
K
U
V
R
Z
ZZ
E
G
Q
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
A
H
L
T
I
P
O
D
Y

Tabel 4.3
Hasil Pengurutan Kartu SWAT 3
       Operator : Arif
 Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C
V
N
J
X
M
Q
F
Z
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
U
K
Q
R
ZZ
E
G
O
D
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Y
A
H
L
T
I
P
W
B

Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Kartu SWAT 4
      Operator : Bagus
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
W
B
R
ZZ
E
G
Q
Z
N
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
F
X
J
S
M
C
K
U
V
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
O
D
Y
A
H
L
T
I
P

Tabel 4.5
Hasil Pengurutan Kartu SWAT 5
       Operator : Wawan
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
Nomor
Abjad
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
N
B
W
F
J
C
X
S
M
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
U
G
Z
V
Q
ZZ
K
E
R
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
H
P
D
Y
A
O
L
T
P
        ( Sumber : Hasil pengurutan dari responden)
4.4.1.            Event Scoring
Hasil pengukuran kartu SWAT yang dilakukan oleh operator, diolah dengan  menggunakan metode SWAT melalui program MAIN SWAT. Setelah diperoleh hasil pengolahan tersebut, selanjutnya dilakukan event scoring untuk menilai keadaan masing-masing operator pada waktu melaksanakan pekerjannya dimana dalam hal ini pada kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator.
Pada tabel berikut akan menunjukkan hasil pengkonversian antara pengurutan kartu SWAT yang dilakukan operator pada saat mereka melakukan aktivitas patrol check.

Tabel 4.6
Hasil Pengukuran SWAT 1
Operator : Gunawan

Lokasi Kerja

Deskripsi Pekerjaan

SWAT

SWAT Rescaled
T
E
S
Boiler Local
Daerator Storage Tank
2
1
1
42,7

Daerator
2
3
2
34,8

Cooling Water Stand Pipe
2
1
2
22,0



Tabel 4.7
Hasil Pengukuran SWAT 2
Operator : Sumarno

Lokasi Kerja

Deskripsi Pekerjaan

SWAT

SWAT Rescaled
T
E
S
Boiler Local
Daerator Storage Tank
1
2
1
11,9

Daerator
2
3
2
43,7

Cooling Water Stand Pipe
1
1
1
9,9


Tabel 4.8
Hasil Pengukuran SWAT 3
Operator : Arif

Lokasi Kerja

Deskripsi Pekerjaan

SWAT

SWAT Rescaled
T
E
S
Boiler Local
Daerator Storage Tank
2
1
1
35,1

Daerator
2
2
3
16,0

Cooling Water Stand Pipe
1
1
1
44,6



Tabel 4.9
Hasil Pengukuran SWAT 4
Operator : Bagus

Lokasi Kerja

Deskripsi Pekerjaan

SWAT

SWAT Rescaled
T
E
S
Boiler Local
Daerator Storage Tank
2
2
1
16,4

Daerator
2
3
2
16,5

Cooling Water Stand Pipe
1
2
1
12,1


Tabel 4.10
Hasil Pengukuran SWAT 5
Operator : Wawan

Lokasi Kerja

Deskripsi Pekerjaan

SWAT

SWAT Rescaled
T
E
S
Boiler Local
Daerator Storage Tank
1
2
2
15,4

Daerator
2
1
2
38,5

Cooling Water Stand Pipe
1
1
2
3,8
(Sumber : Hasil Pengolahan Data)


Keterangan : T  : Time             
          E : Effort
                      S : Stress

Nilai SWAT Rescale < 45 = beban kerja rendah / tidak terbebani
Nilai SWAT Rescale > 45 = beban kerja tinggi / terbebani

4.5.      Pembahasan
Dari lima operator kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator yang dianalisa, dapat diketahui bahwa semua operator merasakan pekerjaan yang dilakukan tidak membebani mereka. Tetapi nilai beban yang tertera berbeda-beda. Hal ini mungkin dikarenakan faktor yang membebani tiap orang dalam bekerja berbeda-beda. Seperti konsentrasi dan usaha yang dibutuhkan oleh tiap orang dalam pekerjaannya juga ikut berbeda atau karena operator memiliki beban pikiran yang ada dalam pribadi mereka seperti masalah keluarga, hutang, dan lainnya.







4.6   Solusi
      Dapat Disimpulkan bahwa operator dengan nilai SWAT Rescaled < 45 itu memiliki beban kerja rendah / tidak terbebani.Sedangkan operator yang memiliki SWAT Rescaled > 45 memiliki beban kerja tinggi / terbebani.Solusi yang dapat diberikan adalah istirahat untuk mengembalikan stamina dan tenaga. Apabila memang ada tingkat stress dalam pikiran solusi yang paling tepat adalah beribadah atau sholat dimana beribadah merupakan cara me “refresh” pikiran untuk kembali segar.