BAB IV
ANALISA SWAT
4.1. Latar Belakang
Beban kerja adalah faktor yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan, dengan melalui suatu pengukuran beban kerja dari pekerja yang bekerja di perusahaan tersebut dapat diketahui. Karena bagaimanapun manusia adalah faktor terpenting yang ada dalam suatu perusahaan. Sehingga peningkatan mutu hasil tergantung dari manusia yang ada di dalamnya pula.
PT PJB Unit Pembangkit Gresik merupakan Unit Kerja yang dikelola oleh PT PLN (Persero).Kegiatan inti UP Gresik adalah memproduksi tenaga listrik.Dengan total daya terpasanag 2.255 MW, UP Gresik mampu memproduksi energi listrik rata-rata 10.859 GWh pertahun yang disalurkan melalui Jaringan Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 150 KV dan 500KV.
Berdasarkan hasil pengamatan di PT PJB UP Gresik bagian operator khususnya kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator. Dimana operator bagian boiler local dituntut untuk memiliki ketelitian yang tinggi dalam memeriksa mesin-mesin yang ada pada sub bagian boiler local. Karena apabila salah dalam memeriksa, akan menjadi fatal akibatnya. Adapun jenis keterangan yang digunakan dalam patrol check bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator adalah:
V : Normal
L : Leakage
N : Noise
M : Maintenance
SB : Stand By
TSB : Tidak Stand By
ESB : Emerg. Stand By
T : Abnormal Temp.
Pekerjaan yang dilakukan oleh operator bagian bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator adalah mengecek Daerator Storage Tank, Daerator, Cooling Water Stand Pipe. Meskipun sebenarnya pada unit daerator ini telah dipastikan dalam keadaan normal, namun dalam hal ini terkadang mesin memiliki kesalahan, sehingga di sini tenaga manusia sangat dibutuhkan. Sehingga untuk memastikan biler local dalam keadaan normal maka operator bagian boiler local juga harus bekerja teliti agar tidak terjadi kesalahan yang fatal.
4.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dibuat rumusan masalah yang dihadapi PT PJB UP Gresik khususnya bagian Patrol Check yaitu Bagaimana mengukur beban kerja pada operator PT PJB UP Gresik khususnya kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator.
4.3. Landasan Teori
Beban kerja (workload) merupakan issue yang semakin popular diperbincangkan oleh para human factor dewasa ini baik forum ilmiah resmi ataupun non-resmi.Beberapa model alat uji beban kerja, baik perangkat lunak maupun perangkat keras yang dikembangkan oleh para ahli, baik uji beban kerja yang bersifat subyektif maupun yang bersifat obyektif.
Salah satunya adalah Subjective Workload Assesment Technique (SWAT).Pengukuran beban kerja ini dikembangkan oleh Harry G. Armstrong Aerospace Medical Researh Laboratory Wright-Patterson Air Forced Base, Ohio, USA.SWAT dikembangkan untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara mengukur beban kerja dalam lingkungan yang sebenarnya (real work environment).Penggunaan SWAT model mengharuskan kita melakukan 2 tahapan pekerjaan, yaitu Scale Development dan Event Scoring.
Daerator adalah alat yang berfungsi untuk:
- Memisahkan gas (O2 dan CO2) yang terlarut dalam air kondensat.
- Memanaskan air kondensat.
- Memberi head positif pada sisi hisap BFP.
4.3.1 Ergonomi
Kata Ergonomi berasal dari bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari kata Ergo yang artinya kerja dan Nomos yang artinya hukum. Sehingga jika digabung ergonomi mempunyai arti kemampuan manusia dalam likungan kerjanya yang dibatasi oleh kondisi keterbatasan alami yang tidak bisa dilanggar oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian maka jelaslah bahwa sasaran ergonomi yaitu agar tenaga kerja dapat mencapai prestasi kerja yang terbaik guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja yang bersumber pada kepentingan manusia sebagai pengguna dan dapat bekerja dengan aman dan nyaman.
4.3.1. Pengukuran beban kerja
Beban kerja (workload) merupakan issue yang semakin popular diperbincangkan oleh para ahli human factor dewasa ini. Secara garis besar beban kerja dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu Subjective workload dan objective workload.
4.3.1.1. Pengukuran Metode Objective workload
Pengukuran beban kerja dengan metode objektif adalah suatu pengukuran beban kerja dimana sumber data yang diolah adalah data-data kuantitatif seperti :
a. Denyut jantung
Biasanya digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis seseorang sebagai manifestasi gerakan otot. Hal ini bergantung dari tingkat kebugaran orang yang diukur.
b. Cairan dalam tubuh
Digunakan untuk mengetahui kadar asam laktat dan beberapa indikasi lainnya yang bisa menunjukkan kondisi dari beban kerja seseorang yang melakukan suatu aktivitas.
c. Durasi kedipan mata
Kegiatan ini dapat menunjukkan tingkat beban kerja seseorang. Orang yang mengalami kerja berat dan lelah biasanya durasi kedipan matanya akan lama, sedangkan untuk orang yang bekerja ringan ( tidak terbebani mental maupun psikisnya ) durasi kedipan matanya relatif cepat.
d. Pola gerakan bola mata
Gerakan bola mata yang berirama akan menimbulkan beban kerja yang optimal dibandingkan dengan gerakan bola mata yang tidak beraturan.
4.3.1.2. Pengukuran metode Subjective Workload
Pengukuran beban kerja dengan menggunakan metode subjektif adalah pengukuran beban kerja dimana data yang diolah adalah data yang bersifat kualitatif seperti NASA-TLX, Harper Qoorper Rating, Task Difficulty Scale, Subjective Workload Assesment Technique ( SWAT ).
Dalam penggunaan metode SWAT, performansi kerja manusia terdiri dari tiga dimensi ukuran beban kerja yaitu :
· Time load ( T )
Time load ini adalah masalah yang tergantung pada jumlah waktu senggang yang tersedia dan frekuensi overlapping kegiatan. Besar kecilnya time load berhubungan dengan masalah tingkat kecepatan menyelesaikan pekerjaan dan batasan waktu yang tersedia dalam penyelesaian pekerjaan tersebut.
· Mental Effort ( E )
Mental effort merupakan indikator kebutuhan akan perhatian (usaha dan upaya) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas. Besar kecilnya mental effort load ini tergantung pada kompleksitas dari suatu pekerjaan atau jumlah informasi yang harus diproses oleh operator untuk mencapai performa yang baik.
· Psychological Stress Load ( S )
Psychological Stress Load mengacu pada kondisi yang menyebabkan kebimbangan, frustasi, dan kekhawatiran. Besar kecilnya masalah ini tergantung dari faktor yang mempengaruhi performa kerja yang bisa berasal dari individu itu sendiri seperti motivasi, kelelahan, rasa takut, tingkat keahlian, atau dari lingkungannya.
Dari masing-masing dimensi di atas terdiri dari 3 ( tiga ) kategori rating, yaitu :
· Rendah (1 )
· Menengah ( 2 )
· Tinggi ( 3 )
Penggunaan model SWAT mengharuskan kita melakukan dua tahapan pekerjaan yaitu
· Tahap Scale Development
Di dalam Scale Development, subjek diminta untuk melakukan pengurutan kartu sebanyak 27 ( dua puluh tujuh ) kartu kombinasi dari ketiga variable deskripsi ( T, E, S ) mulai dari yang dianggap paling rendah sampai yang tertinggi. Scale Development digunakan untuk melatih subjek dalam penggunaan descriptor dan memperoleh data dengan memperhatikan bagaimana cara mengkombinasikan dimensi-dimensi untuk menciptakan impresi dari masing-masing individu tentang beban kerja.
· Tahap Event Scoring
Subjek ditanyakan komentar SWAT Rating skala pekerjaan (skala 1 sampai dengan 3) untuk masing-masing variable T, E, S dari masing-masing elemen pekerjaan atau dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Kemudian kartu SWAT rating tersebut dicocokkan dengan hasil dari pengurutan kartu SWAT di dalam program komputer untuk mengetahui workload score dari masing-masing kombinasinya.
4.4. Analisa Kasus Dengan Metode SWAT.
Untuk dapat mengetahui apakah operator Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator merasa terbebani atau tidak dengan pekerjaannya maka dilakukan analisa dengan menggunakan metode SWAT. Tahap yang dilakukan :
4.4.1 Scale Developmment
Karyawan diminta untuk mengurutkan 27 (dua puluh tujuh) kartu SWAT dari urutan paling rendah sampai tertinggi.
Hasil pengurutan kartu sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil pengurutan kartu SWAT 1
Operator : Gunawan
Nomor | Abjad | Nomor | Abjad | Nomor | Abjad |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. | H L A T P B Q G E | 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. | I O ZZ Z W R D Y V | 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. | U K C X S N M J F |
Tabel 4.2
Hasil Pengurutan Kartu SWAT 2
Operator : Sumarno
Nomor | Abjad | Nomor | Abjad | Nomor | Abjad |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. | N F X J S M C B W | 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. | K U V R Z ZZ E G Q | 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. | A H L T I P O D Y |
Tabel 4.3
Hasil Pengurutan Kartu SWAT 3
Operator : Arif
Nomor | Abjad | Nomor | Abjad | Nomor | Abjad |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. | C V N J X M Q F Z | 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. | U K Q R ZZ E G O D | 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. | Y A H L T I P W B |
Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Kartu SWAT 4
Operator : Bagus
Nomor | Abjad | Nomor | Abjad | Nomor | Abjad |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. | W B R ZZ E G Q Z N | 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. | F X J S M C K U V | 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. | O D Y A H L T I P |
Tabel 4.5
Hasil Pengurutan Kartu SWAT 5
Operator : Wawan
Nomor | Abjad | Nomor | Abjad | Nomor | Abjad |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. | N B W F J C X S M | 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. | U G Z V Q ZZ K E R | 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. | H P D Y A O L T P |
( Sumber : Hasil pengurutan dari responden)
4.4.1. Event Scoring
Hasil pengukuran kartu SWAT yang dilakukan oleh operator, diolah dengan menggunakan metode SWAT melalui program MAIN SWAT. Setelah diperoleh hasil pengolahan tersebut, selanjutnya dilakukan event scoring untuk menilai keadaan masing-masing operator pada waktu melaksanakan pekerjannya dimana dalam hal ini pada kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator.
Pada tabel berikut akan menunjukkan hasil pengkonversian antara pengurutan kartu SWAT yang dilakukan operator pada saat mereka melakukan aktivitas patrol check.
Tabel 4.6
Hasil Pengukuran SWAT 1
Operator : Gunawan
Lokasi Kerja | Deskripsi Pekerjaan | SWAT | SWAT Rescaled | ||
T | E | S | |||
Boiler Local | Daerator Storage Tank | 2 | 1 | 1 | 42,7 |
Daerator | 2 | 3 | 2 | 34,8 | |
Cooling Water Stand Pipe | 2 | 1 | 2 | 22,0 | |
Tabel 4.7
Hasil Pengukuran SWAT 2
Operator : Sumarno
Lokasi Kerja | Deskripsi Pekerjaan | SWAT | SWAT Rescaled | ||
T | E | S | |||
Boiler Local | Daerator Storage Tank | 1 | 2 | 1 | 11,9 |
Daerator | 2 | 3 | 2 | 43,7 | |
Cooling Water Stand Pipe | 1 | 1 | 1 | 9,9 | |
Tabel 4.8
Hasil Pengukuran SWAT 3
Operator : Arif
Lokasi Kerja | Deskripsi Pekerjaan | SWAT | SWAT Rescaled | ||
T | E | S | |||
Boiler Local | Daerator Storage Tank | 2 | 1 | 1 | 35,1 |
Daerator | 2 | 2 | 3 | 16,0 | |
Cooling Water Stand Pipe | 1 | 1 | 1 | 44,6 | |
Tabel 4.9
Hasil Pengukuran SWAT 4
Operator : Bagus
Lokasi Kerja | Deskripsi Pekerjaan | SWAT | SWAT Rescaled | ||
T | E | S | |||
Boiler Local | Daerator Storage Tank | 2 | 2 | 1 | 16,4 |
Daerator | 2 | 3 | 2 | 16,5 | |
Cooling Water Stand Pipe | 1 | 2 | 1 | 12,1 | |
Tabel 4.10
Hasil Pengukuran SWAT 5
Operator : Wawan
Lokasi Kerja | Deskripsi Pekerjaan | SWAT | SWAT Rescaled | ||
T | E | S | |||
Boiler Local | Daerator Storage Tank | 1 | 2 | 2 | 15,4 |
Daerator | 2 | 1 | 2 | 38,5 | |
Cooling Water Stand Pipe | 1 | 1 | 2 | 3,8 | |
(Sumber : Hasil Pengolahan Data)
Keterangan : T : Time
E : Effort
S : Stress
Nilai SWAT Rescale < 45 = beban kerja rendah / tidak terbebani
Nilai SWAT Rescale > 45 = beban kerja tinggi / terbebani
4.5. Pembahasan
Dari lima operator kegiatan Patrol Check PLTU 1,2 bagian Boiler Local 17300+FL unit Daerator yang dianalisa, dapat diketahui bahwa semua operator merasakan pekerjaan yang dilakukan tidak membebani mereka. Tetapi nilai beban yang tertera berbeda-beda. Hal ini mungkin dikarenakan faktor yang membebani tiap orang dalam bekerja berbeda-beda. Seperti konsentrasi dan usaha yang dibutuhkan oleh tiap orang dalam pekerjaannya juga ikut berbeda atau karena operator memiliki beban pikiran yang ada dalam pribadi mereka seperti masalah keluarga, hutang, dan lainnya.
4.6 Solusi
Dapat Disimpulkan bahwa operator dengan nilai SWAT Rescaled < 45 itu memiliki beban kerja rendah / tidak terbebani.Sedangkan operator yang memiliki SWAT Rescaled > 45 memiliki beban kerja tinggi / terbebani.Solusi yang dapat diberikan adalah istirahat untuk mengembalikan stamina dan tenaga. Apabila memang ada tingkat stress dalam pikiran solusi yang paling tepat adalah beribadah atau sholat dimana beribadah merupakan cara me “refresh” pikiran untuk kembali segar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar